Survei yang dilakukan antara bulan Februari 2015 hingga Januari 2016 ini melibatkan 1000 lebih responden dari Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas yang setidaknya memiliki satu buah perangkat mobile (ponsel atau tablet).
Menarik jika melihat fakta-fakta dari hasil survei yang kemudian dituangkan dalam bentuk Norton Cybersecurity Insight Report ini, termasuk yang mengejutkan bahwa lebih dari 25 ribu orang di Indonesia telah menjadi korban kejahatan online selama tahun 2015.
Orang Indonesia Cukup Percaya Diri Tentang Perilaku Aman Mereka di Online, Tapi Tetap Mengkhawatirkan beberapa Situasi Keamanan
1.6 dari 10 (59%) orang Indonesia percaya menggunakan Wi-Fi publik lebih berisiko daripada menggunakan toilet umum.
2.68% orang Indonesia merasa cukup yakin bahwa mereka tahu tindakan apa yang harus diambil setelah mengalami kejahatan online
3.81% responden merasa bahwa kejahatan online cukup mengkhawatirkan
Orang Indonesia Suka Berbagi Password
- 55% konsumen percaya bahwa informasi kartu kredit mereka lebih mungkin dicuri setelah digunakan untuk belanja online
- 36% responden berbagi password dengan yang lain dan 47% diantaranya adalah generasi milenial
- 58% responden telah berbagi password account email
Smartphone dan Komputer
1.Smartphone dan komputer adalah perangkat yang paling banyak digunakan di Indonesia
2.66% percaya bahwa pencurian identitas lebih mungkin terjadi saat ini dibanding kurun waktu sebelumnya
3.48% percaya bahwa lebih mudah mengontrol informasi personal ketika belum ada smartphone dan internet
4.59% percaya bahwa menggunakan wifi publik lebih berbahaya dibanding menggunakan toilet umum
5.42% Pengguna internet telah mengalami sendiri kejahatan cyber dalam satu tahun terakhir.Penjahat cyber tidak menyerah. Mereka menggunakan teknik yang semakin canggih untuk mencuri informasi pribadi konsumen, seperti password, informasi kontak, dan otentifikasi perbankan untuk mengisi pundi-pundi mereka,” kata Choon Hoon Chee, Director, Asia Consumer Business, Norton by Symantec. “Sementara konsumen di Indonesia beradaptasi dengan dunia digital yang cepat berkembang, kami mendorong mereka untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi informasi mereka secara online dan tidak pernah merasa puas dengan keamanan.”
Konsumen Menjadi Frustasi dengan Kejahatan Cyber
Konsumen Indonesia kehilangan sekitar 33 jam waktunya selama satu tahun terakhir untuk berurusan dengan dampak dari kejahatan online dan uang senilai 7,6 juta rupiah per korban—dengan akumulasi sebesar 194,603,7 miliar rupiah. Kerugian terbesar dari hal ini adalah ketika kejahatan cyber menyebabkan kerugian dari segi emosional kepada 5 dari 10 orang (52 persen) korban konsumen kejahatan cyber di Indonesia yang merasa marah setelah menjadi korban.
Lebih lanjut, di Indonesia:
- Lebih dari 8 dari 10 (82 persen) responden mengatakan mereka akan merasa terpukul jika informasi keuangan pribadi mereka bocor.
- Sekitar 6 dari 10 (64 persen) responden percaya bahwa berurusan dengan konsekuensi kehilangan identitas lebih menimbulkan stres daripada duduk di sebelah bayi yang rewel di pesawat (45 persen) atau mempersiapkan presentasi kerja (41 persen)
Percaya Diri Berlebih, Namun Kurang Persiapan
Meskipun peduli dan sadar terhadap kejahatan cyber, konsumen terlalu percaya diri dengan perilaku keamanan online mereka. Ketika diminta untuk menilai langkah-langkah keamanan mereka, secara konsisten mereka memberi nilai “A”. Namun pada kenyataanya, sebagian besar tidak melakukan tindakan dasar keamanan online: penggunaan password. Di Indonesia:
- 70% percaya bahwa berbagi password email mereka dengan teman lebih beresiko daripada meminjamkan mobil mereka (30%), namun setengah dari mereka justru membagikan password.
- Di antara mereka yang menggunakan password, hanya 4 dari 10 (45%) responden selalu menggunakan password yang aman—kombinasi dari setidaknya delapan huruf, angka dan simbol. Orang-orang berbagi password untuk akun online yang sensitif dengan teman dan keluarga. Di antara mereka yang membagikan password, hampir satu dari empat (21%) berbagi password untuk akun perbankan mereka, dan rata-rata mereka menggunakan password yang sama untuk dua akun, umumnya untuk email (58 persen), media sosial (57 persen), dan TV / media (11 persen).
Tips Tetap Aman Ketika Online
Jika melihat angka-angka di atas, kekhawatiran tentang kejahatan online tampaknya bukan isapan jempol. Lalu bagaimana cara agar kita tetap aman saat berselancar di dunia maya?
- Pilih password yang unik, cerdas, dan aman untuk setiap akun online yang anda miliki.
- Hapus email dari pengirim yang tidak Anda kenal, dan jangan klik lampiran atau link pada email yang terlihat mencurigakan.
- Jika terdapat tawaran yang nampak terlalu menarik pada situs media sosial, hal itu mungkin saja berbahaya. Waspadalah terhadap perangkap untuk mengklik link dari situs media sosial. Sebelum mengklik, arahkan mouse ke link untuk melihat tujuannya. Hanya klik pada link yang mengarah ke halaman perusahaan terkemuka dan resmi.
- Selalu pantau akun rekening keuangan Anda terkait aktivitas yang tidak biasa. Jika ada transaksi yang Anda rasa tidak pernah Anda lakukan, segera laporkan. Seringkali penjahat cyber akan melakukan "tes" transaksi dalam jumlah kecil sebelum mencoba untuk menguras rekening bank Anda.
- Instal software keamanan dan perbaharui secara teratur.
- Gunakan solusi backup aman untuk melindungi file dan backup secara teratur sehingga penjahat tidak dapat menggunakannya sebagai tebusan.
- Laporkan kejahatan cyber ke polisi dalam bidang cyber maupun polisi lokal jika Anda telah terkena kejahatan cyber atau pencurian identitas.
@ariefburhan/data: Norton Cybersecurity Insight Report 2016